Tugas Praktikum
Ke-10 Hari/Tanggal :
Rabu/21 November 2012
Mata Kuliah
Sosiologi Umum Ruang
Kuliah : CCR 1.04
TERJADINYA
PEMUSATAN KEKUASAAN
Catatan
untuk Bachrudin Martosukarto
Oleh
Sulardi
PENGGULINGAN
KEKUASAAN: ANTARA ORLA DAN ORBA
Oleh
Panji Semirang
SAMPANG
DAN TRADISI PERLAWANAN
Oleh
Anwar Hudijono
Disusun oleh:
Muhammad Salman
Alfarisi/F14120124
Kelompok Praktikum
8
Asisten Dosen:
Vioci
Vesa Denia/I24090017
Ikhtisar bacaan 1
Sejak kemerdekaan, bangsa ini masih
terengah-engah untuk menciptakan bangunan hukum yang kokoh dan demokratis.Telah
lama bangsa Indonesia menjalani kehidupan politik yang otoriter dengan
pemusatan kekuasaan pada presiden. Hal ini terlihat dari penyusunan konstitusi
yang cenderung menitikberatkan segala kekuasaan pada presiden.
Contoh daripenyimpangan ini adalah dengan
adanya maklumat Presiden No 1 tahun 1946 yang menjadi landasan bagi presiden
untuk mengambil alih kekuasaan pemerintahan sepenuhnya. Selain itu, saat itu
muncul TAP MPRS yang mengangkat Ir. Soekarno sebagai presiden seumur hidup.
Namun akhirnya penyimpangan ini diakhiri dengan ditumpasnya G30S/PKI.
Kemudian
pemerintahan Indonesia pun diganti dengan pemerintahan Orde Baru. Pada masa ini
terjadi doktrin bahwa apa yang dikatakan pemerintah adalah selalu benar adanya.
Karenanya, DPR menjadi sebuah badan yang ompong. Kekuasaan
presiden pun semakin besar. Setelah itu, presiden pun mulai “meranjah”
kekuasaan MPR. Presiden, yang seharusnya “seolah-olah” menjadi mandataris MPR,
malah benar-benar menjadi mandataris MPR. Alhasil, kedaulatan MPR pun diambil
alih oleh presiden.
Jalan
keluar yang dapat diambil untuk menyelesaikan masalah ini adalah dengan
melakukan reformasi politik. Namun, untuk dapat merealisasikannya, diperlukan
kemauan dan usaha yang gigih dari penguasa negeri ini untuk benar-benar
melakukan perubahan.
Ikhtisar bacaan 2
Orde Lama (Orla) adalah tatanan
kehidupan berbangsa dan bernegara pada masa Soekarno. Sedangkan Orde Baru
(Orba) adalah suatu tatanan yang mengantikan Orde lama. Dalam pergantian dari Orla
ke Orba ini terjadi pertumbahan darah.yang dilakukan oleh PKI. Namun, ternyata
Orba masih saja belum sesuai dengan konsep demokrasi yang diinginkan rakyat.
Untuk itulah, pada tahun 1998 terjadi demo besar-besaran yang dilakukan oleh
mahasiswa seluruh Indonesia untuk menuntut perubahan menuju pemerintahan
reformasi. Dalam proses pergantian Orba ke reformasi ini juga terjadi
pertumpahan darah yang dialami oleh para mahasiswa dari Universitas Trisakti.
Ada persamaan dalam dua proses pergantian
kekuasaan ini, yaitu keduanya terjadi akibat adanya rasa tidak suka terhadap
presiden yang diangap terlalu berkuasa. Ada juga perbedaannya, yang pertama
adalah pada pergantian Orla menuju Orba marinir ada bersama para pendemo, namun
pada pergantian Orba menuju reformasi militer tidak berdiri untuk mendukung
para pendemo. Yang kedua, pada pergantian orba menuju reformasi, media massa
sangat berperan dalam menyebarkan berita saat demo berlangsung, sedangkan pada
pergantian orla tidak.. Yang terakhir, perbedaannya terletak pada jumlah
korban. Pergantian menuju pemerintahan reformasi lebih banyak memakan korban.
Ikhtisar
Bacaan 3
Masyarakat Sampang (Madura)
telah dikenal sebagai sosok masyarakat yang kaku dan keras. Mereka menjadi
terkenal karena aksi-aksi heroik mereka dalam menentang kezaliman pemerintah.
Contohnya adalah Tragedi Nipah. Aksi mereka pada tahun 1993, ketika para petani
miskin maju menerjang peluru aparat militer untuk memperjuangkan hak-hak dan
martabat mereka atas tanah yang akan dijadikan waduk. Bukan hanya itu saja.
Pada tahun 1997 masyarakat Sampang bergolak menentang hasil pemilu karena
dinilai tidak jujur dan tidak adil, penuh kecurangan dan rekayasa untuk
memenangkan Golkar, partainya para penguasa.
Rupanya perlawanan memang sudah
menjadi ornamen kultural masyarakat Sampang sejak lama. Ketika marak terjadi
penggarapan partai-partai politik untuk memenangkan Golkar dalam pemilu 1971,
Sampang dijadikan sebagai basis Nahdlatul Ulama (NU) dalam melakukan perlawanan
terhadap Golkar. Usaha itu membuahkan hasil. Akhirnya NU mendapatkan kursi
lebih banyak daripada Golkar.
Sampai rezim Orde Baru runtuh,
Sampang dikenal sebagai daerah yang sulit “ditaklukkan”. Mereka mampu dan mau
melawan rezim pemerintah. Hal ini mungkin saja terjadi karena mereka mewarisi
tradisi perlawanan yang terbentuk melalui perjalanan sejarah yang panjang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar