Tugas Praktikum Ke-5 Hari/Tanggal : Rabu/03 Oktober 2012
Mata Kuliah Sosiologi Umum Ruang Kuliah : CCR 1.04
OMPU MONANG
NAPITUPULU INGIN SEDERHANAKAN BUDAYA BATAK
Oleh : Arbain
Rambey
KEHIDUPAN SUKU
DAYAK KENYAH DAN MODANG DEWASA INI
Oleh : Franky
Raden
Disusun oleh:
Muhammad Salman Alfarisi/F14120124
Kelompok Praktikum
7
Asisten Dosen:
Vioci
Vesa Denia/I24090017
Ikhtisar bacaan 1
Pembaca
surat kabar di Medan seakan dibombardir dengan iklan yang mengajak agar
masyarakat Batak Toba mengusir perusahaan yang merusak lingkungan Bona Pagosit.
Lingkungan Bona Pasogit adalah bahasa sub-etnik Batak Toba untuk menyebut
daerah tempat tinggal mereka di Sumatera Utara, tepatnya di sekitar Danau Toba.
Pemasang iklan itu adalah Parbato atau Pertungkoan Batak Toba, sebuah
organisasi kesukuan yang berdiri pada bulan Agustus 1997. Gerakan kesukuan ini
menimbulkan pertanyaan, tidakkah gerakan kesukuan merupakan langkah mundur di
tengah arus globalisasi. Tetapi menurut Ompu Monang, ketua Parbato sejak 1997,
banyak masalah hanya bisa didekati secara etnis. Dia juga memaparkan pentingnya
tiap etnis di Indonesia punya kesadaran diri untuk menggalang solidaritas kecil
yang akhirnya berguna untuk solidaritas Indonesia secara keseluruhan.Batak toba
merupakan salah satu sub-etnis suku Batak.
Watak
keras tampak jelas pada Ompu Monang yang aslinya bernama Daniel Napitulu.
Kata-kata kerasnya kerap diungkapkannya di berbagai media masa menyangkut
kelestarian lingkungan. Di satu sisi, kehangatan kekerabatan membawa arus
positif. Rasa tanggung jawab pada pendidikan dan perawatan seorang anak bisa
melebar pada paman-pamannya. “ Itu sisi positif kebudayaan kami yang harus dipertahankan”. Kata Ompu
Monang. Sedangkan sisi negatif kekerabatan Batak Toba menurut Ompu Monang
adalah penghaburan uang dari waktu. Dalam sebuah pesta Batak, orang bukan
kerabat yang hadir akan sangat kesal menunggu sampai selesainya acara keluarga
yang sangat bertele-tele.
Sudah
berkali-kali Parbato menyelenggarakan seminar untuk membahas penyelewengan adat
Batak Toba semacam itu. Namun hasil seminar masih terbatas pada cetakan hasil
seminar saja. Belum ada juga tindakan nyata mengatasi keborosan adat ini. Untuk
mengatasi kebuntuan ini, Ompu Monang akhirnya “mengorbankan” diri sendiri. Pada
pesta perkawinan anak perempuannya pertengahan Desember mendatang, ia
melaksanakannya dengan cara menurut dia efisien namun tidak keluar dari adat
Batak Toba.
Akhirnya,
masih dengan semangat mengingatkan bahwa gerakan etnis masih perlu, Ompu Monang
berkata lagi, “ Itu yang aku bilang. Sebagai Parbato, aku mau supaya organisasi
ini tidak cuma ngomong. Perbuatan nyata adalah nasehat terbaik.
Ikhtisar 2
Daerah pemukiman suku dayak Kenyah dan Mondang yang
terletak di wilayah Kecamatan Ancalong,Tenggarong merupakan daerah terisolir.
Dulunya daerah ini masih masih hidup dalam bentuk keutuhan kebudayaan dan sistem
nilai mereka yang asli. Tetapi setelah kedatangan Belanda yang membawa agama
Kristiani,banyak terjadi konflik diantara mereka dan berujung pada perpecahan.
Selain masalah keagamaan, kesulitan memperoleh barang kebutuhan baru menjadi
penyebab timbulnya konflik. Karena konflik tersebut, ada diantara mereka yang
memutuskan untuk meninggalkan daerah asalnya. Inilah awal dari proses
pemiskinan yang menggerogoti setiap sisi kehidupan mereka.
Suku Dayak kenyah dan Mondang saat ini hidup di sepanjang
Sungai Kelinjau. Dilihat dari sepintas lalu kehidupan mereka sehari-hari
kelihatan berkecukupan. Namun kenyataannya tidak demikian. Arus perekonomian
dikuasai oleh para pendatang yang mendirikan warung. Akhirnya, kondisi
perekonomianlah yang menjadi salah satu faktor yang paling kuat dalam
mengakibatkan kegoncangan dan memojokkan kehidupan orang-orang Dayak. Kondisi
ini juga berdampak pada kebudayaan dan kesenian mereka yang terdistorsi. Contohnya,
Lamin yang merupakan manifestasi dari tata cara pemerintah dan susunan
masyarakat serta merupakan titik sentral dari aktivitas kehidupan mereka dalam
ruang penghayatan kebersamaan yang eksistensial, akhirnya tereduksi menjadi
bangunan megah yang mati karena setiap keluarga saat ini sudah mempunyai rumah
sendiri. Akibat dari proses desentralisasi ini yaitu kesenian menjadi terpisah
dari kehidupan sehari-hari mereka. Kondisi ini, tidak dapat dilepaskan dari
penanganan dan tanggungjawab pemerintah daerah. Tetapi usaha dari pemerintah
ini hanya menjebak mereka ke dalam masalah yang rumit.
Faktor terjahat yang menggoncangkan kehidupan masyarakat
Dayak adalah munculnya penguasa hutan yang mendadak mengunci hutan untuk daerah
perladangan yang menjadi sumber kehidupan mereka. Ini membuat mereka
pontang-panting berusaha mencari alternatif hidup lain. Menurut suku Dayak,
tanggalnya sebuah roda kehidupan yang menggerakkan seluruh sistem nilai mereka,
merupakan titik awal dari munculnya khaos. Dari sini jelas bahwa proses
pemiskinan yang mereka alami adalah proses pemiskinan nilai secara keseluruhan
di tiap sisi kehidupan. Fakta yang dekat dari signifikan masalah ini terlihat
jelas pada kehidupan suku Dayak Umak Tau di kampung Tanjung Manis. Kampung ini
adalah kampung yang paling miskin dan rawan di seluruh kecamatan. Tetapi, di
dalam diri mereka terdapat jiwa gotong royong dan kooperatif. Mereka dan suku
Dayak lainnya sangat merindukan cara hidup yang lama.
Sekarang menjadi jelas bahwa masalah kemiskinan di negeri
kita bukan hanya masalah bagaimana manusia dapat dapat hidup layak. Tetapi yang
lebih mendasar adalah bagaimana menghormati dan memberi hak hidup mereka di
atas nilai kultur tradisi sendiri. Hikmah dan kesadaran akan dimensi nilai ini
harus diambil untuk membangun strategi politik bangsa kita. Masalah yang
dihadapi oleh suku Dayak ini sebenarnya adalah miniatur masalah yang terjadi di
Indonesia. Masuknya sistem nilai kota mendadak membuat mereka sadar bahwa mereka
miskin. Reaksi mereka kemudian adalah lekas-lekas menjual harta kebudayaan
mereka yang laku kepada orang kota atau menjadi pengemis di hadapan orang-orang
asing. Dalam bentuk ekstrimnya melalui turisme ini kita menjual bangsa sendiri
yang belum siap sama sekali dihadapkan secara frontal kepada suatu jaringan
mekanisme kehidupan modern yang manifestasinya dihadapan mereka hanyalah
kelimpahan materi.
Masalah
ini membuktikan bahwa masyarakat kita masih berada dalam kondisi yang anarkis,
tidak ada yang superior antara satu dengan yang lainnya. Kita yang saat ini
berada pada posisi yang aktif dan memiliki otoritas seharusnya dapat mengerem
proses tersebut kalau kita menyadari bahayanya. Dan saat ini masalah yang harus
kita hadapi adalah bagaimana membawa dan memanfaatkan semua posisi dan
kemungkinan untuk kepentingan negara dan masyarakat banyak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar