Tugas Praktikum
Ke-9 Hari/Tanggal :
Rabu/12 September 2012
Mata Kuliah
Sosiologi Umum Ruang
Kuliah : CCR 1.04
SISTEM STATUS DAN PELAPISAN
MASYARAKAT SISTEM STATUS YANG BERUBAH
Runtuhnya Sistem Status Kolonial
dalam Abad Kedua Puluh
Oleh : W. F. Wertheim
SITUASI SOSIAL DUA
KOMUNITAS DESA DI SULAWESI SELATAN
Oleh : Mochtar
Buchori dan Wiladi Bidiharga
Disusun oleh:
Muhammad Salman
Alfarisi/F14120124
Kelompok Praktikum
8
Asisten Dosen:
Vioci
Vesa Denia/I24090017
Ikhtisar bacaan 1
Pada zaman
penjajahan Belanda di Indonesia terjadi pelapisan masyarakat yang didasarkan
pada garis ras. Belanda menempatkan dirinya di lapisan teratas. Tetapi pada
abad XX terjadi perkembangan dinamis yang menerobos pola kaku tersebut dan
meningkatkan mobilitas sosial. Uanglah yang melakukan pendobrakan pada sistem
yang lama.
Pada tahun
1900, perbedaan profesi semakin meningkat. Semakin banyak orang Indonesia yang
bekerja di bidang perdagangan dibandingkan dengan sebelumnya. Perkembangan
selanjutnya ketika masa depresi sekitar tahun 1930, suatu kelas bumiputera yang
tumbuh mulai ada mendobrak susunan masyarakat tradisional lama dan memberi
pengaruh yang bersifat individual.
Setelah
tahun 1990, pendidikan mulai terbuka untuk orang-orang Indonesia. Lambat laun,
orang Indonesia yang telah mendapatkan pendidikan,tidak lagi menerima pelapisan
sosial kolonial berdasarkan ras. Pada masa ini, terjadi perubahan sikap pada
orang-orang Indonesia yang tidak lagi bangga menggunakan bahasa belanda atau
bekerja d kantor pemerintahan belanda. Dominasi orang cina di bidang
perdagangan juga sudah dapat diatasi oleh kaumpedagang Indonesia. Sehingga lama
kelamaan bangsa Eropa dan Cina menjadi setara dengan bangsa Indonesia karena
pendidikan. Namun, di sisi lain, sikap individualis dan penghargaan pada kekayaan
materi semakin menguasai orang-oang Indonesia.
Ikhtisar bacaan 2
Desa Maricaya Selatan
Desa
Maricaya merupakan desa yang terletak di Sulawesi Selatan yang 75,6%
penduduknya memeluk agama Islam dan sisanya memeluk agama Protestan, Katolik,
Hindu dan Budha. Dari lima golongan masyarakat tersebut dibagi lagi menjadi
tiga lapisan pokok masyarakat yang dilihat dari segi ekonomi yaitu : (1) Lapisan
ekonomi yang mampu, terdiri dari para pejabat dan kelompok professional
lainnya. (2) Lapisan ekonomi menengah, terdiri dari para alim, ulama, pegawai
dan kelompok wirausaha. (3) Lapisan ekonomi miskin yang terdiri dari para buruh
Dilihat
dari tingkat kesadaran akan pentingnya pendidikan pada masyarakat desa Maricaya
ini sudah terlihat sangat baik. Mereka tampak berusaha memanfaatkan kesempatan
pendidikan yang tersedia seoptimal mungkin. Walaupun yang dapat mengecam
pendidikan sampai ke perguruan tinggi hanyalah orang-orang dari lapisan atas
yang memiliki kemampuan dibidang ekonomi. Namun bagi mereka yang tidak mampu
bukan berarti mereka tidak bisa mendapatkan pengetahuan lebih, mereka lebih
banyak memilih untuk membeli media massa atau Koran untuk mengetahui berita dan
informasi atau bahkan jika mereka tidak mampu membeli maka mereka berusaha
meminjam atau turut membaca dari mereka yang mampu beli
Desa
Polewali
Tidak
berbeda dengan desa Maricaya Selatan, di desa Polewali pun terdapat tiga
lapisan masyarakat yaitu : (1) Lapisan atas, terdiri dari para pemangku adat,
alim ulama, dan para pejabat (2) Lapisan menengah, terdiri dari pegawai negeri
dan para pedagang. (3) Lapisan bawah yang terdiri dari kaum buruh
Terdapat
kecenderungan hedonisme dikalangan pejabat desa Polewali, mereka cenderung
untuk bersikap lebih modern. Sedangkan masyarakat lainnya masih menjunjung kesederhanaan
seperti yang dilakukan para ulama mereka, karena pada umumnya agama mendapatkan
tempat yang penting dalam masyarkata Polewali. Sehingga masyarakat Polewali
tampak sebagai masyarakat yang lebih bersifat inward looking. Dan kesadaran
masyarakat Polewali tentang pentingnya pendidikan sudah cukup tinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar